Apakah Kita se KERE itu kah? Jilid 2

image.png

sumber: Bisnis dot com

Mari kita lanjutkan topik pembicaran selepas blekpink minggu lalu. Klo belum sempat baca, boleh di cek tautan di bawah ini

https://inleo.io/@dewabrata/apakah-kita-se-kere-itu-kah-3ln#@ramadhanight/re-dewabrata-smsq50

Sebenarnya saya dah mau close topik ini di tulisan tersebut, tapi ada dua hal yang membuat saya membuka lagi tema ini. Pertama ada bule dablek yang berpikir tulisan sebelumnya ini tidak jelas, wong baca aja ora iso ya pasti ra jelas lah... Mungkin lain kesempatan tak tulis pake boso jowo aja biar ga bisa diterjemahin.

Kedua itu di group main saya ada teman yang membagikan gambar besar di awal tulisan ini, dan berimbas pada saling sahut-sahutan membahas sesuatu yang terkait masalah pensiun ini.

Broo, gawat neh... Gw belum bisa pensiun!!!

dan ada aja yang menimpali seperti ini

makanya join akademi crypto bro!!!

tapi paling epik yang ini

mohon bersabar, ujian baru dimulai dengan datangnya fufufafa memimpin kita semua

Apapun respon yang keluar di sana, bisa saya pastikan tidak ada yang bertujuan serius. Isi group itu rata-rata orang-orang yang dah lama bergila-gila bersama, lebih dari 1 dekade kami sudah berada di group itu dari ga kenal, sampai kenal baik, sampai ga kenal lagi karena dah ga jelas dulu kenal dari mana.

Tapi yang pasti, di sana kami berbagi sarkasme terutama soal ke-kere-an ini. Kami semua kere di sana karena belum ada yang punya Lima miliar kas di tangan wkwkwk

hive divider - thepeakstudio.png

Taraf Hidup Normal Di Jakarta

Kayaknya berbicara soal pensiun mungkin masih terlalu jauh bagi mayoritas kita di sini. Kan masih pada di usia produktif ya? Lagipula pensiun itu pengertiannya kan semata pensiun dini Financial Freedom ya. Mungkin akan lebih baik kalau bahasannya menjadi biaya hidup atau taraf hidup normal.

Sebelum membicarakan seberapa normal seh pembiayaan hidup di Jakarta ini, saya kira sebaiknya saya bagikan dulu sebuah referensi. Saya pakai data BPS, yang beberapa bulan lalu dibahas di beberapa media mainstream seperti ini:

https://www.antaranews.com/berita/4387454/segini-biaya-hidup-untuk-keluarga-skala-kecil-di-jakarta

saya keluarkan di caption bawah ini bagi yang malas buka tautan di atas atau malas baca semua. Biar langsung intinya saja.

Pada data terbaru menyebutkan bahwa perkiraan rata-rata biaya hidup rumah tangga skala kecil di Jakarta mencapai Rp14.884.110,27 per bulan, bahkan jika jumlah anak dalam keluarga kecil itu ada dua, perkiraan biaya per bulan bisa mencapai Rp28.216.189 dan jumlahnya akan lebih mahal lagi tergantung jumlah anggota dalam keluarga.
Angka tersebut jauh melampaui Upah Minimum Provinsi (UMP) 2024 Jakarta itu sendiri yang hanya berada di angka Rp5.067.381 per bulan.

28 juta sebulan untuk sebuah keluarga kecil dengan 2 anak. Ini data valid y, dari BPS (biro pusat statistik) loh.

Di sini ada sebuah problem besar yang menurut saya harus diatasi di atas. Hal tersebut bukan lah angka 28 juta tersebut, namun yang saya maksud itu adalah presepsi kita sendiri. Banyak dari kita itu kelewat kreatif dan pinternya, dan terjebak akan kepintaran kita sendiri.

Sebagai contoh, kita merasa bisa pesan makan normal pakai Go-Food, memaksimalkan cashback dan mendapatkan makanan terbaik di harga yang luar biasa murah. Sekali makan habis 25ribu. Kalau makan di KFC habis 50ribu, jadi makannya di KFC-KFC an kayak jatinator yang cuma habis 40rb dapat kesbek pula.

Itu wajar bagi mayoritas kaum muda mudi yang mendang mending di Jakarta. Ada yang salah kah di sana?

Kalau dibandingkan dengan presepsi saya, menurut saya itu sudah di kalangan menengah, middle class. Makan makanan seperti itu bukan lagi untuk lower class. Ayo dibandingkan dengan makanan saya dalam sehari:

IMG20241003063956.jpg

Pagi beli bubur sama sate ati, kena dua belas ribu.

IMG20241019123325.jpg

siang pesan soto uritan, kena lima belas ribu.

IMG20240928194301.jpg

malam pesan nasi uduk ayam goreng pake ati ampela, kena dua puluh lima ribu.

Total berapa? ga sampe tujuh puluh ribu loh. Ga pake goput ama grebut segala, no kesbek kesbekan. Dan saya yakin dengan makanan seperti itu, kalau saya ngaku-ngaku sebagai sobat MisQueen pasti dikeplak sama kaum misqueen beneran.

Kalau seandainya berkeluarga, apa dikali 4? ya tentu saja kagak lah ndul. Klo berkeluarga, ambil saja berempat, saya pesan katering porsi 6 orang, itu lima puluh ribu dapat lauk banyak dan sayuran. Tinggal buat nasi sendiri, ujungnya kena 70 ribu sekali makan berempat.

Ini semua kondisi saya beli jadi ya, kalau masak sendiri bisa lebih murah lagi.

Jadi yang salah siapa? Fufufafa belum bisa membuat kita semua mencapai penghasilan dua puluh delapan juta sebulan, atau yang menghitung kita butuh dua puluh delapan juta rupiah supaya hidup layak?

Orang BPS loh...

hive divider - thepeakstudio.png


Salahin Gen-Z Aja Dah Biar Gampang.

Saya jadi teringat dahulu kala banyak iklan properti tulisannya seperti ini:

cicilan hanya lima belas juta sebulan

atau

dapatkan rumah premium idaman anda di harga tiga puluh juta sebulan

Padahal saat itu UMR Jakarta baru satu jutaan. Saat itu yang disalahkan siapa, Es Be Ye kah? Jawabannya jelas banget, itu developer disemprot dan dihujat di mana-mana. Dibilang tidak peka terhadap kondisi masyarakat, empatinya sudah mati, dan berbagai macam.

Hayo ngaku aja njenengan yang baca tulisan ini kalau dah di atas 35 tahun usianya, pasti masih ingat kondisi itu.

Tapi kenapa sekarang jadi berubah ya, disaat ada data yang ga relevan, yang disalahin ya ga jauh-jauh dari mukidi, pupukpapa, rezim, dan lainnya. Apa ga salah itu BPS, wong mayoritas pekerja di Jakarta itu pendapatannya di bawah 10 juta loh.

Kenapa tidak menyalahkan sekolah-sekolah yang memberikan SPP dan uang gedung ga logis?

Kepada tidak menyalahkan sosial media yang terus menerus mendoktrin standar hidup di atas kemampuan sewajarnya?

Ya sudah kita salahkan Gen-Z saja ya, karena mereka yang membenarkan data-data itu. Gen-Z itu pintar dan kreatif kok, cuma ya itu... keblenger pinter sendiri akhirnya ada kecenderungan membenarkan apa yang mereka sukai.

Dah lah, memang klo kere ya kere aja, jangan menyalahkan yang lainnya. Yang penting masih bisa hidup bahagia.

peace yo

untitled.gif

hive divider - thepeakstudio.png


Terima kasih telah membaca tulisan saya yang apa adanya ini. Saya lebih banyak meluangkan waktu saya bermain gim di Hive Blockhain, dan berbagi cerita tentang gim dan permainan tersebut melalui tulisan-tulisan saya di sini. Jangan sungkan bertanya langsung ke saya bilamana ada yang mau ditanyakan dan mohon maaf kalau tulisan saya di sini ada yang menyinggung perasaan anda.

Tidak lupa saya berterima kasih kepada:

  • Canva : yang telah memberikan peralatan penyunting gambar secara gratis
  • Thepeakstudio : yang telah membuat gambar divider / pembatas yang keren di sini

Posted Using InLeo Alpha



0
0
0.000
0 comments